Kamis, 04 Maret 2010

Laporan PKL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Panasonic Lighting Indonesia (PLI) merupakan sebuah perusahaan yang besar dengan teknologi serta peralatan yang canggih. Untuk itu kami memilih perusahaan tersebut sega tempat kerja praktek kami sebagai penerapan ilmu yang di dapat dalam perkuliahan. Penerapan ilmu yang sebagian kecil kita dapatkan dibangku kuliah, tidak hanya dalam bidang teknik namun juga dalam manajemen ( kedisiplinan, keamanan, teamwork dan lain - lain). Dengan melaksanakan kerja praktek, mahasiswa dapat memahami apa yang dipelajari di kampus dengan yang ada dilapangan dan menganalisa setiap hal yang ditemui. Banyak peralatan teknologi tinggi yang digunakan pada proses di Industri, dengan ilmu yang didapatkan mahasiswa dari kampus sebelum mereka melaksanakan kerja praktek, mahasiswa akan mudah dan terbiasa mempelajari hal – hal / peralatan baru, yang mereka temui di Industri. Karena tidak semua pelajaran yang diberkan sama atau di aplikasikan semuanya pada dunia kerja. Dalam dunia kerja kita diharapkan untuk lebih bias berkembang dengan ilmu yang telah kita miliki dalam perkuliahan.

1.2 Maksud dan Tujuan
Kerja Praktek ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan pada perkuliahan dan mampu menganalisa apa yang digunakan di Industri.
2. Mahasiswa dapat mengenal peralatan serta teknologi yang digunakan pada Industri.
3. Mahasiswa mempunyai soft skill yang bagus (disiplin, bertanggung jawab, kreatif dan dapat bekerja sama dengan partnernya).
4. Mahasiswa diharapkan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, terutama lingkungan Industri untuk dapat saling bekerja sama.



1.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktek
Kerja praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 3 Agustus – 29 Agustus 2009 bertempat di PT. Panasonic Lighting Indonesia ( PLI ), Jl. Rembang Industri Raya 47 Rembang – Pasuruan, Jawa Timur. Kami ditempatkan di Departemen Utility dan SLT (Substandart Lamp Treatment) lebih tepatnya pada bagian Utilitynya.

1.4 Batasan masalah
Dalam kerja praktek yang kami laksanakan, yang kami pelajari adalah sebagai berikut :
1. Profil dari PT. Panasonic Lighting Indonesia
2. Intalasi Industri serta Power Source.
3. Rangkaian kontrol pada panel
4. Penggunaan alat – alat kontrol Industri.

1.5 Metodologi Pengumpulan data
Kami menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data dalam penyusunan laporan ini. Metode tersebut antara lain :
1). Metode Interview atau tanya jawab
Dengan metode ini, kami mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada narasumber (operator, teknisi, dan karyawan perusahaan)
2). Metode Observasi
Dengan metode ini, kami mengumpulkan data dengan mengamati obyek yang kami sedang pelajari secara bertahap, sehingga kami dapat menganalisa dan menyimpulkan apa yang terjadi pada obyek yang diamati.
3). Metode Literatur
Dengan metode ini, kami mengumpulkan data dengan mencari informasi dari Internet, manual book atau buku - buku, dan arsip –arsip lainnya yang berhubungan dengan obyek yang dipelajari.
Ketiga metode diatas mempermudah kami dalam mempelajari, menganalisa dan mempelajari obyek di Industri.

1.6 Sistematika Penulisan
Bab I berupa pendahuluan berisi tentang latar belakang penulisan, maksud dan tujuan, waktu dan tempat praktek, batasan masalah, metodologi pengumpulan data dan sistematika penulisan.
Bab II berupa gambaran umum perusahaan yang berisi tentang sejarah singkat perusahaan, profil perusahaan, tujuan pendirian perusahaan, tujuh prinsip perusahaaan, lima prinsip peraturan perusahaan, departemen di perusahaan dan shift kerja.
Bab III yaitu meenjelaskan tentang hal-hal yang dipelajari seperti mengena.. i instalasi industri, power sourcenya yaitu trafo dan stand by genset, serta mengenai mesin-mesin indstri (motor).
Bab IV proses pembuatan modul lalu lintas pada 3 buah simpang. Prinsip kerja pneumatic dan rangkaian kontrol lampu emergency.
Bab VI yaitu penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.


















BAB II
GAMBARAN UMUM
PT. PANASONIC LIGHTING INDONESIA

2.1 Sejarah PT. PANASONIC LIGHTING INDONESIA
PT. Panasonic Lighting Indonesia merupakan perusahaan yang memproduksi lampu dengan beberapa model (mulai Agustus 2008 merk dagang yang digunakan Panasonic, sebelumnya merk dagang yang digunakan National). PT. Panasonic Lighting Indonesia merupakan sebuah perusahaan PMA ( Penanaman Modal Asing ) yang 100% modalnya dimiliki oleh Matsushita Electric Corporation (MEC) dan Matsushita Electric Industrial Co.Ltd (MEI).
Induk perusahaan PT. Panasonic Lighting Indonesia ini adalah Matsushita Electric Industrial Co.Ltd ( MEI ) yang didirikan oleh Konosuke Matsushita pada tanggal 7 maret 1918 di Jepang dengan jumlah karyawan 90.000 orang. Perusahaan MEI bergerak dalam bidang produksi alat listrik dan peralatan electronik rumah tangga.
Pada tahun 1952 PT. MEI mendirikan anak perusahaan dengan nama Matsushita Electronic Corporation (MEC) yang sahamnya 100% dari MEI. MEC ini dibagi dalam 3 group perusahaan yaitu :
1. Semiconductor Group yang memproduksi alat dan komponen semi konduktor seperti IC, transistor dan sebagainya.
2. Electron Tube Group yang memproduksi tabung electron seperti CRT display, CRT plasma display dan sebagainya.
3. Lighting Group yang memproduksi lampu..


2.2 Profil PT. PANASONIC LIGHTING INDONESIA
PT. Panasonic Lighting Indonesia ( PLI ) merupakan anak perusahaan dari Matsushita Electronic Corporation ( MEC ) yang mempunyai kebijaksanaan ( policy ) dari Matsushita Electronic Japan dengan garis besar sebagai berikut :
“Cita-cita dasar membangun pabrik ini adalah mengharapkan agar dapat menyumbang dan memperbaiki perekonomian dunia dan kesejahteraan sosial seluruh dunia, oleh karena itu sebagai karyawan haruslah sadar dan bangun untuk turut serta didalamnya.”
PT. Panasonic Lighting Indonesia didirikan pada tanggal 16 September 1996 dengan akta notaris no.75/IX/1996 yang merupakan bagian dari Lighting Group MEC. PT. PLI ini memproduksi lampu hemat energi dengan orientasi dan kualitas ekspor. Lampu yang diproduksi adalah l TL (Tabular lamp) dan lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp ) dengan berbagai model. PT. PLI ini memiliki dua bangunan pabrik yaitu Glass Factory (GF) dan Lighting Factory (LF).
Untuk rencana pengembangan perusahaan ini, PT. PLI berupaya mendapatkan sertifakasi ISO 9001 dan 14001 pada tahun 1999 dengan tujuan bahwa dengan diperolehnya sertifikat ISO PT. PLI mendapatkan pengakuan dari dunia tentang kualitas barang yang dihasilkan dengan kualitas dan standard internasional yang tidak mengabaikan / membahayakan ekosistem lingkungan yang ada di sekitar pabrik. Pada bulan Juli 1999 PT. PLI mendapatkan sertifikat JIS ( Japan Industrial Standard ) untuk jenis TL dan pada bulan agustus 1999 PT. PLI melakukan ekspor lampu TL perdana ke Jepang. Selama ini PT. PLI mengekspor ±90% hasil produksinya ke Jepang dan sisanya kebeberapa negara lain termasukIndonesia.

2.3 Tujuan pendirian PT. PANASONIC LIGHTING INDONESIA
Tujuan pendirian PT. Panasonic Lighting Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Agar dapat membantu memajukan perekonomian Negara Indonesia juga berupaya meningkatkan perekonomian sosial rakyat Indonesia dengan memajukan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.
2. Memberikan kecukupan dalam dunia kelistrikan dan memberikan penerangan kepada seluruh rakyat di dunia.
3. Agar dapat mengikuti perkembangan teknologi tinggi dunia yang terus berkembang seperti dalam sifat khususnya, mutu, harga, pengiriman dll.
4. Berusaha ingin mempersembahkan barang produksi yang baik dari segala segi kepada pembeli dengan cara melakukan pemeriksaan pasar, mengadakan pameran dan mencari informasi serta membangun pabrik diluar negeri untuk menjaga harga.

2.4 Tujuh Prinsip Perusahaan
Tujuh prinsip perusahaan meliputi :
1. UTAMAKAN BERBAKTI PADA NEGARA MELALUI INDUSTRI.
2. UTAMAKAN BERLAKU JUJUR DAN ADIL.
3. UTAMAKAN KERJASAMA DENGAN KESELARASAN.
4. UTAMAKAN BERJUANG UNTUK PERBAIKAN.
5. UTAMAKAN RAMAH TAMAH DAN KSATRIA.
6. UTAMAKAN MENYESUAIKAN DIRI DENGAN KEMAJUAN ZAMAN.
7. UTAMAKAN BERSYUKUR DAN BERTERIMA KASIH.

2.5 Prinsip 5S
1. Seiri / Kedisiplinan
2. Seiton / Kesusunan
3. Seiso / Kerapian
4. Seiketsu / Kebersihan
5. Seisuke / Kebersihan diri


2.6 Departemen di PT. PLI
Di PT. PLI yang merupakan perusahaan dengan skala besar, mempunyai beberapa departemen yang dapat menunjang pengembangan dan kemajuan perusahaan. Setiap departemen memiliki tanggung jawab terhadap bidangnya masing – masing, dan tetap saling berhubungan antara departemen yang satu dengan departemen yang lain.



































Gambar 2.1 Struktur organisasi PT.Panasonic Lighting Indonesia

Salah satu departemen yang ada di PT. PLI adalah :
1. Departemen Utility dan SLT (Substandart Lamp Treatment)
Departemen Utility dan SLT (Substandart Lamp Treatment) merupakan Departement Support yang mana adalah salah satu bagian yang berhubungan langsung dengan kelangsuan berjalannya perusahaan. Untuk Utility sendiri berugas dalam bidang kelistrikan mulai dari feeder PLN sampai ke supply untuk mesin-mesin di PT. PLI, selain itu juga hal-hal yang dibutuhkan untuk produksi seperti: air, gas, udara, listrik. Sedangkan SLT (Substandart Lamp Treatment) bertugas untuk pengolahan hasil limbah dari perusahaan.
Berikut ini struktur organisasi dari Departemen Untility dan SLT (Substandart Lamp Treatment) :



















Gambar 2.2 Diagram struktur organisasi Departemen Utility dan SLT
Secara umum Utility mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
1. Perencanaan power source baik dari PLN ataupun stand by Genset (Generator Set).
2. Penyediaan supply pada bagian mesin produksi.
3. Perncanaan dan penyediaan air dan gas (Natural Gas, Nitrogen, Hidrogen, Oksigen ) untuk penunjang bagian produksi.
4. Pemeliharaan mesin-mesin unit pada Utility

Berikut Gambaran menegenai Utility












Gambar 2.3 Diagram Gambaran secara umum Utility

I. ELECTRICAL : 1. Emergency
2. Non-Emergency
1. Emergency merupakan supply yang berasal dari Genset (Generator Set) yang digunakan apabila adanya gangguan pada supply utama. PT. PLI ini memiliki 2 buah Genset masing-masing besarnya 625 kVA dan 650 kVA. Emergency ini digunakan untuk mem-backup beberapa peralatan yang sensitive serta mesin berkapasitas kecil diantaranya yang mengunakan supply Emergency adalah lampu, suspensi, door acces, network computer, CCTV, dll.
2. Non-Emergency merupakan supply utama yang berasal dari PLN. PT. PLI ini menggunakan 2 feeder yaitu dari PLN PIER sendiri dan PLN Bangil 20 kVA yang keduanya dipisahkan oleh ATS (automatic switch). Supply Non-Emergency digunakan untuk mesin-mesin berkapasitas besar seperti mesin-mesin pada bagian produksi, kompressor, chiller tower, dll.


II. MECHANICAL
1. Proses Colling Water berhubungan dengan proses pendingan air yang berasal dari mesin-mesin pendingin air diantaranya chiller machine dan cooling machine yang digunakan untuk mendinginkan mesin-mesin di bagian produksi.
2. Proses Udara ada 2 jenis udara yaitu LA (Low Air ) dan HA (High Air). LA (Low Air) biasa digunakan pendingin atau penetral suhu pada lampu contohnya seperti pada bagian glass factory setelah pemotongan. Sedangkan HA (High Air) biasanya digunakan pada produksi seperti untuk sistem pneumatic, proses pembersihan bulb, pengeriangan


Udara Luar Air Filter Blower (Motor) Produksi


Gambar 2.4 Skema terbentuknya Low Air


Udara Luar Kompressor Air Dryer
Produksi Air Filter Tank (Penampungan)

Gambar 2.5 Skema terbentuknya High Air

3. Proses Gas ini mengunakan alat yang bernama condensor prinsip kerjanya sama dengan AC. Sirkulasi gas yang mana gas panas didinginkan dengan evaporator sehingga menjadi dingin untuk di berikan kembalai ke bagian produksi. Selain itu ada yang berasal dari Steam Boiler dengan memanaskan air yang mana uap berupa gas.

Keberhasilan dari Departemen Utility dapat dilihat dari :
PT. PLI saat dalam pencanangan program Cost Buster yang mana menekan pengeluaran dengan cara efisiensi semaksimal mungkin untuk itu harus
1. Dapat menekan lost material dan loss time.
Hal ini berarti total kehilangan material dan waktu yang disebabkan oleh masalah kerusakan pada mesin dapat ditekan seminimal mungkin ataupun power souscernya
2. Meningkatnya effectivitas dan effisiensi pada perusahaan
Salah satu caranya yaitu memasangkan inverter elektronik pada lampu-lampu perusahaan pengganti balast, pemasangan photo switch serta timmer pada lampu, mengunakan invert pada mesin-mesin perusahaan yang dilihat lebih hemat
3. Terpenuhinya supply baik listrik, air, gas pada produksi sesuai target yang diharapkan.
4. Tidak terjadi kesalahan dan kecelakaan kerja.











BAB III
PROSES PEMBELAJARAN KERJA PRAKTEK

3.1 Tinjauan Kegiatan Kerja Praktek
PT. Panasonic Lighting Indonesia adalah salah satu perusahaan ASIA yang besar dan memiliki bagian atau departemen yang kompleks di dalamnya. Untuk itu dibutuhkan kordinasi yang baik tiap bagiannya serta dibutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang kerjanya, baik keahlian secara teknis maupun nonteknis.
Untuk menunjang pelaksanaan kerja praktek dan membantu dalam bidang pekerjaan tertentu, maka pihak perusahaan menempatkan anggota kerja praktek pada Departemen Utility dan SLT (Standart Lamp Treatment) yang dilakukan mulai tanggal 3 Agustus – 29 Agustus 2009, dengan penempatan tersebut, diharapkan setiap anggota dapat menerapkan ilmu apa yang telah diterima dan dipelajari d bangku kuliah.

3.2 Target Pelaksanaan Kerja Praktek
Pada kegiatan kerja praktek kali ini terdapat target schedule :
Minggu ke Target awal Target yang tercapai
1 Pengenalan Lingkungan PT PLI Pengenalan dan pemberian wawasan di PT. PLI
Pengenalan tentang Departement Utility
2 Pembelajaran system kontrol pada industri Penggantian Balast Elektronik pada Lampu Produksi
Pembelajaran panel pada Electric Room
Mempelajari bagaimana air, gas,listrik di suplly
3 Pembelajaran peralatan yang digunakan di industri Penggantian Balast Elektronik pada lampu perusahaan
Mempelajari masalah Genset
Mempelajari tentang mesin-mesin pada Mechanical Room
4 Review apa yang telah dilakukan di PT.PLI Review mengenai Electric-Mechanical

Tabel 3.1 Target pelaksanaan Kerja Praktek
3.3 Kegiatan Kerja Praktek
Pada kerja praktek ini kami di tempatkan pada Departement Utility yang mana departement ini bertanggung jawab penuh atas kelangsungan produksinya perusahaan. Semua hal yang berkaitan tentang kebutuhan perusahaan seprti listrik, air, gas, angin(udara), baik AC sekalipun merupakan hal yang dibebankan pada departement ini. Untuk itu apabila ada masalah seperti gagal produksi departement ini yang menjadi perhatian dahulu sebelum pada bagaian produksinya apakah masalah tersebut di karenakan adanya gangguan listrik, kurangnya supply gas/tekanan sehingga mesin pneumatic tidak bekerja maksimal, dll. Semua kegiatan yang dilakukan harus menunjang program kerja, dan bidang pekerjaan utility banyak berhubungan langsung dengan perawatan, pengembangan dan perbaikan masalah support pada mesin-mesin perusahaan.
Pada pelaksanaan kerja praktek di PT. PLI, setiap anggota diterjunkan langsung di lapangan untuk berhadapan langsung dengan kondisi pekerjaan utility. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu pekerjaan, mencari data, memperbaiki mesin jika terjadi trouble dan masih banyak kegiatan lain yang masih dalam bidang keahlian anggota maupun diluar bidang tersebut.
Selama masa pembelajaran Praktek Kerja Lapangan di PT. Panasonic Lighting Indonesia, ada beberapa hal yang dipelajari terutama hal-hal yang bersangkutan Power Source yaitu sumber llistrik agar perusahaan ini tetap berjalan
3 2.1 Secara umum
a) Proses Power Source (Supply dari PLN)
b) Proses Power Emergency (Genset)
3.2.2 Secara khusus
a) Pemahaman dan Intalasi Listrik dari PLN sampai ke produksi.
b) Pemahaman panel listrik
Dalam proses pembelajaran diatas, terutama pada bidang manufacturing terdapat beberapa departemen yang bertindak dan bertanggung jawab dalam pengawasan dan perawatan mesin produksi seperti yang telah diterangkan pada bab sebelumnya. Dalam hal ini mahasiswa PKL dari PENS-ITS ditempatkan pada departemen maintenance, pada bagian electric.
Selain itu pada saat pertama kali mulai PKL di perusahaan kami dberikan tugas yaitu membantu petugas dari departement utility yang mempunyai proyek dalam rangka penghematan energy yaitu dengan mengganti ballast pada penerangan seluruh ruangan di PLI dengan ballast electronic yang memiliki power factor (pf) lebih baik. Tetapi kendalanya disetiap ruangan terdapat orang bekerja yang hal itu kami rasa sedikit mengganggu karyawan dan karyawati di PLI tersebut. Jadi saat mengganti ballast trafo dengan ballast electronic kami harus berusaha secepat mungkin agar mereka dapat bekerja kembali dengan aman.


BAB IV
POWER ELECTRIC

Pada dasarnya PT. Panasonic Lighting Indonesia ( PLI ) mempunyai dua buah feeder supply power yaitu dari PLN PT. PIER dan PLN Bangil sebesar 20 kV. Selain itu PT. Panasonic Lighting Indonesia ( PLI ) ebagai backup untuk emergency menggunakan Genset (Generator Set) yaitu sebanyak 2 buah masing-masing 656 kVA dan 625 kVA.

4.1 Power Source dari PLN

Saluran transmisi tegangan tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 70 kV, 150 kV, dan 500 kV. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang berupa kabel tanah. Setelah melalui saluran transmisi maka sampailah ke Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step-down transformer) 380/220 V menjadi tegangan menengah atau disebut juga sebagai tegangan distribusi primer yang mana bahwa tegangan distribusi primer PLN adalah 20 kV.
Pada PT. Panasonic Lighting Indonesia ( PLI ) mempunyai dua buah pabrik, yaitu Lighting Factory (LF) yang memproduksi lampu Tabular lamp (TL), Compact Fluorescent Lamp (CFL). Pabrik yang lain adalah Glass Factory (GF) yang khusus memproduksi glass dalam bentuk Tube dan Globe yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam proses produksi di Lighting Factory. Dua pabrik itu tidak akan bekerja apabila tidak di support oleh listrik dari PLN yang mana memiliki Gardu Induk (GI) sendiri untuk supply pada produksi, di sinilah department utility yang berperan penting mengatur stabilitas pabrik tersebut.
Supply dari PLN tidak selalu berjalan dengan yang diinginkan kadang-kadang bias terjadi gangguan yang menyebabkan supply dari PLN tidak sampai kepada konsumennya, untuk kalangan perindustrian hal tersebut sangat merugikan sekali karena bias menyebabkan kerugian dengan adanya gangguan tersebut maka perlu diberikan backup (emergency source) dengan menambahkan genset. Beberapa macam gangguan yang biasa terjadi diantaranya :
• Voltage Dip
• Flicker
• Voltage Sag
Salah satu contoh ganguan yaitu Voltage Dip (Tegangan Dip) adalah penurunan besaran tegangan efektif ( rms ) atau arus pada frekuensi daya dengan durasi waktu antara 0,5 variasi tegangan, dan pada akhirnya menjadi sumber masalah pada kelangsungan operasional peralatan. Karakteristik beban tak linier pada peralatan elektronik, variasi tegangan transient yang dihasilkan oleh petir, switching dari kapasitor dan tegangan dip akibat kegagalan sistem seperti gangguan satu fasa ke tanah dan start motor kapasitas besar menjadi perhatian dalam hubungannya dengan persoalan kualitas daya listrik. Penelitian kualitas daya umumnya meliputi empat bidang, yaitu : aspek dan konsep dasar, monitoring dan pengukuran tegangan dip, pembuatan model dan analisis, aplikasi teknik dan penyelesaian masalah. Perbaikan kualitas daya sebagian besar dilakukan pada sistem distribusi. Akibat penurunan tegangan, peralatan yang sensitif terhadap perubahan tegangan dapat mengalami gagal operasi.

1. Penyebab Voltage Dip (Tegangan Dip)
Voltage Dip (Tegangan Dip) dapat disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut :
- Secara umum disebabkan oleh gangguan pada sistem seperti gangguan hubung singkat. Gangguan yang sering terjadi pada sistem adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah.
- Pemikulan beban yang besar atau pengasutan motor berkapasitas besar.
- Sesuatu yang terjadi pada saluran penyaluran daya seperti kecelakaan saat perbaikan dalam keadaan bertegangan, lightning ( petir ) dan benda jatuh yang menyebabkan gangguan ke tanah.
- Perubahan beban yang berlebihan / diluar batas dari kemampuan sistem daya.
2. Akibat Dari Tegangan Dip
Voltage Dip (Tegangan Dip) berpengaruh besar pada konsumen terutama dalam perindustrian karena dengan beban listrik terutama peralatan elektronik yang sensitif terhadap perubahan tegangan. Jika terjadi pada saluran transmisi atau distribusi primer akan berpengaruh pada konsumen yang meliputi sector : residential ( perumahan ), komersial dan industrial. Tegangan dip ini dapat mempengaruhi operasi beban listrik sebelum CB bekerja untuk memadamkan gangguan. Dalam hal saluran yang dilengkapi dengan recloser, maka dapat terjadi beberapa kali tegangan dip sesuai waktu setting. Sedangkan durasi waktu tegangan dip yang disebabkan oleh pengasutan motor kapasitas besar biasanya lebih lama, tetapi amplitudo tegangan dip tidak terlalu besar. Tegangan dip yang disebabkan oleh pengasutan motor kapasitas besar tidak cukup berpengaruh untuk menyebabkan peralatan listrik gagal operasi. Akibat dari tegangan dip oleh karena gangguan hubung singkat adalah sebagai berikut :

- Komputer dan jenis lain dari kontrol elektronik dapat kehilangan memori dan proses yang dikontrol menjadi kacau, untuk restart membutuhkan waktu yang lama. Jika tegangan dip mencapai kurang dari 50 %.
- Pada industri, proses akan berhenti untuk tegangan dip sampai dengan 65 % dan penerangan akan berkedip.

Karakteristik operasi beberapa peralatan listrik terhadap variasi tegangan adalah sebagai berikut :

- Rangkaian relai dan kontaktor akan trip pada tegangan dibawah 70 % tegangan nominal untuk waktu yang cepat.
- Lampu flourescent dan lampu discharge intensitas tinggi ( HID ) akan padam pada tegangan dibawah 80 % dalam waktu beberapa cycle, sedangkan waktu penyalaan kembali memerlukan waktu yang cukup lama terutama lampu HID.
- PLC akan trip pada tegangan kurang dari 90 % untuk waktu kurang dari 50 mdetik.
- Pada pemrosesan data atau komputer, data akan langsung hilang bila tegangan dibawah 50 % untuk waktu beberapa cycle .

Berikut ini sebuah digram Power Source pada perusahaan dari PLN


















Gambar 4.1 Diagram Power Distribution
a. Feeder
Untuk feeder (penyulang) PT. Panasonic Lighting Indonesia ( PLI ) terdiri dari 2 buah feeder yaitu masing-masing dari PLN PIER dan PLN Bangil sebesar 20 kV. Feeder dari PLN PIER adalah supply primer yang digunakan oleh PT. Panasonic Lighting Indonesia ( PLI ) sedangkan sebagai back-upnya adalah PLN Bangil apabila ada gangguan dan kegagalan dalam mensupply listrik pada feeder utama. 2 buah feeder tersebut tidak akan mungkin akan bekerja bersama-sama karena terdapan pemisah yamg disebut ATS (Automatic Transfer Switch). ATS dapat bekerja interlock dan ada 2 mode pemilhan secara otomatis ataupun secara manual yang mana bias di set sesuai keinginan. Jika dipilih mode otomatis maka apabila ada kegagalan pada feeder utama ada delay waktu selama 5 secon untuk perpindahan ke feeder back-upnya tetapi apabila gangguan tidak terjadi sebelum 5 secon maka switch tidak akan berpindah.

b. MVMDB (Medium Voltage Main Distribution Board )
Setelah listrik supply dari PLN kemudian supply tegangan menengah distribusikan ke panel-panel yang lebih kecil kapasitasnya yaitu melalui panel MVMDB. Pada panel ini terdiri bebarapa panel diantaranya Panel Arrester, Panel Incoming, Metering, Panel pengaman VCB, dan Outgoing.
Panel Arrester terdapat lightning arrester (penangkal petir) yang berfungsi menangkal gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat panel listrik. Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arrester. Salah satu perkembangan dari lightning arrester adalah penggunaan oksida seng Zn02 sebagai bahan yang menjadi katup atau valve arrester. Dalam menentukan rating arus arrester, sebaiknya dipelajari statistik petir setempat. Misalnya apabila statistik menunjukkan distribusi probabilitas petir yang terbesar adalah petir 15 kilo Ampere (kA), maka rating arrester diambil 15 kilo Ampere.
Panel Incoming yang menghubungkan dari panel ATS yang menyalurkan supply dari PLN. Kemudian panel Incoming dihubungkan pada metering yang disertai pengaman berupa VCB(Vacumm Circuit Breaker) dan LBS(Low Break Switch). Fungsi utama LBS adalah sebagai pemutus beban (Load Break Switch) pada sistem tegangan menengah atau tinggi. Ada juga yang menyebut DS (Disconnecting Switch) atau IS (Isolating switch) atau PMS (Pemisah) istilah nasionalnya, sedangkan CB (Circuit Breaker/pemutus rangkaian) disebut juga PMT (pemutus tenaga). Perbedaan LBS dan CB terletak pada sistem operasi dan ada/tidaknya media pemadam busur api. LBS hanya dioperasikan secara manual (CLOSE/OPEN) layaknya switch biasanamun pada kondisi tanpa beban, sedangkan CB (VCB, SF6 CB, OCB dll) bias dioperasikan manual (kondisi berbeban maupun tidak). Juga secara otomatis CB akan OPEN atau TRIP jika feeder/saluran yang diproteksi mengalami gangguan misalnya karena overload, ground fault atau short circuit. Prinsip kerja VCB sama dengan MCB yang terpasang di instalasi listrik rumah tangga. Perbedaan lainnya adalah LBS tidak dilengkapi media pemadam busur api, sedangkan CB dilengkapi dengan media tersebut seperti Vacuum (pada VCB) atau gas SF6 (pada SF6 CB). Oleh karena itu tidak diijinkan switching LBS ketika saluran berbeban (apalagi beban besar), karena akan timbul busur api yang beresiko merusak LBS itu sendiri. Jadi dalam hal ini LBS tidak boleh dipasang sendiri, karena main protective device-nya justru VCB. Pemasangan LBS dan VCB secara bersamaan lebih cenderung untuk memenuhi syarat-syarat safety (anda tentu sudah tahu kalau faktor safety adalah no.1 dalam instalasi listrik). Tujuannya untuk meng-isolate power jika sewaktu-waktu ada pekerjaan maintenance CB (misalkan ganti CB). Letak pemasangan LBS: Jika type salurannya radial LBS diletakkan antara bus dan CB. Jika type salurannya ring atau ganda maka 2 LBS mengapit CB akan lebih safe.
Setelah panel pengaman berikutnya melalui panel outgoing. Panel Outgoingnya kemudian akan masuk ke trafo stepdown 20kv / 380. Pada MVMDB PT. PLI terdapat 3 buah outgoing yang masuk ke trafo stepdown sebanyak 3 buah masing-masing trafo 1 kapasitasnya 2000kVA, trafo 2 1600kVA, trafo 3 1600kVA. Selanjutnya setelah trafo step down kemudian baru masuk ke LVMDB (Low Voltage Main Distribution Board) yaitu untuk tegangan rendah, berikut akan di jelaskan mengenai LVMDB.
Berikut adalah gambar single line diagram tentang MVMDB di PLI :

c. Transformator StepDown (20 kV / 380 V)
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnet.
Transformator dalam kehidupan sehari–hari, sering kita jumpai didunia industri maupun pada rumah tangga. Transformator banyak digunakan pada alat elektronika untuk salah satu pengubah tegangan, baik untuk menurunkan tegangan (step down) maupun untuk menaikkan tegangan (step up). Di pasaran memang banyak dijual berbagai transformator yang siap pakai untuk beberapa keperluan, tetapi tak jarang pula diperlukan dengan spesifikasi khusus yang digunakan untuk keperluan khusus yang tak mungkin diperoleh di pasaran.
PT. PLI sendiri menggunakan trafo stepdown yaitu 20 kV / 380 V sebanyak 3 buah yang masing-masing bekapasitas 2000 kVA, 1600 kVA, 1600 kVA sebenarnya terdapat 1 buah trafo lagi yang baru sebagai tambahan dengan kapasitas 1600 kVA. Trafo berkapasitas 2000 kVA biasa digunakan untuk mesin-mesin yang membutuhksn daya besar pada bagian produksi.

Pada Trafo tersebut dipasang sebuah pengaman yang bernama DGPT atau disebut Rele Bucholz. Rele Bucholz ini mengamankan trafo apabila terjadi gangguan pada trafo yang mengakibatkan kerusakan pada trafo. Prinsip kerja rele ini menggunakan sebuah oli sebagai bantuannya. Umumnya terdapat level switch di tank oil yang berada dibagian atas transformer. Dimana level switch tersebut akan mengirimkan signal ke protection transformer untuk mentripkan transformer. Relay Bucholz sendiri akan aktif apabila semakin banyak akumulasi gas yang terjadi akibat pemanasan berlebih oil transformer yang secara langsung akan meningkatkan tekanan dalam transformer. Sehingga diharuskan tidak boleh terjadi kebocoran di transformer. Berikut adalah gambar sekilas dari Rele Bucholz atau DGPT pada sebuah transformator



Relay ini bekerja bila terjadi salah satu dari kejadian berikut :
- terjadi akumulasi gas pada oil, sehingga pressure high
- terjadi kebocoran oil di konservator, sehingga level low
- terjadi perubahan kecepatan aliran flow dari main oil tank ke konservator.


d. LVMDB (Low Voltage Main Distribution Board)
LVMDB ini yang akan menyalurkan supply listrik pada tegangan rendah untuk digunakan pada kebutuhan produksi perusahaan PT. PLI . Dalam Electric Room terdapat 3 buah LVMDB yang mana masing-masing bekerja pada panel-panel tertentu pada perusahaan. Setiap panel-panel LVMDB terdapat beberapa panel-panel lagi. Seperti pada LVMDB 1 dan LVMDB 2 masing-msing terdir atas Incoming, Outgoing (dari TR), Outgoing, dan Capasitor Bang sedangkan untuk LVMDB 3 terdiri atas Incoming, Outgoing, Capasitor Bang karena pada LVMDB digabungkan dengan panel generator maka terdapat panel untuk memonitoring generator yaitu incoming dari generator beserta panel couppler yang digunakan untuk pemisah antar panel generator dan panel supply dari PLN. Berikut ini sedikit gambaran garis besar dari masing-masing panel LVMDB
BusDuct 2500 A

INCOMING


KWH
(A) KWH
(V)
(0-2500A)(0-500V)




A A A
V PF KW

KWH
( x 500 )






man off auto







Gambar 4.2 Panel LVMDB 1
BusDuct 2500 A

INCOMING


KWH
(A) KWH
(V)
(0-2500A)(0-500V)




A A A
V PF KW

KWH
( x 500 )






man off auto







Gambar 4.3 Panel LVMDB 2


BusDuct 3100 A

























A A A
V PF KW KWH
F Hz

VSS





off-man-auto stop – start
test

Fault Indicator









Battery Charger
V A
















36 = Over Current
37 = Over Voltage
38 = Under Voltage
39 = ACB Trip
40 = High Water Temp
41 = Low Oil Press
42 = Engine Over Speed
43 = Start failure
44 = emergency stop
45 = Lamp test
46 = reset
47 = Alarm Stop





LVMDB 3
INCOMING
PLN


A A A
V PF KW

KWH


( x 600 )





COMPRESSOR
1 2
KWH KWH
( x 600 ) ( x 600 )






man off auto







Gambar 4.4 Panel LVMDB 3

Sebenarnya PT. PLI memiliki 4 buah LVMDB awalnya 3 buah karena beban yang bertambah maka ditambahkan 1 buah LVMDB tapi kita hanya bisa menjelaskan 3 buah saja karena LVMDB masih baru. Berikut pembagian panel pada masing-masing LVMDB
LVMDB 1 :
• FN-1-1-MP-L-0
• FN-1-2-MP-L-0
• FN-1-3-MP-G-0
• FN-1-4-MP-U-1
• FN-1-5-MP-G-4
LVMDB 2 :
• FN-2-1-ML-L-1
• FN-2-2-ML-L-2
• FN-2-3-ML-L-3
• FN-2-4-ML-L-4a
• FN-2-5-ML-G-1
• FN-2-6-ML-U-1
• FN-2-7-ML-O-1
• FN-2-8-ML-O-1
LVMDB 3 :
• FE-3-1-MPE-L-0
• FE-3-2-MPE-G-0
• FE-3-3-MLE-U-1
• FE-3-4-MLE-G-1
• FE-3-5-MLE-G-1
• FE-3-6-MP-U-Pw
• FE-3-7-MLE-O-1
• FE-3-8-MLE-U-1

CAPASITOR BANK (PANEL KAPASITOR)

Pada panel kapasitor secara UMUM terdapat beberapa alat pengaman sekaligus juga terdapat Power Factor Controller yang bekerja secara otomatis. Selain itu juga terdapat selector switch , Relay , dan kontaktor. Karena beban yang besar, suhu pada panel juga meningkat. Oleh karena itu diberi pendingin berupa FAN agar udara panas dalam panel dapat keluar.

a. Power Factor Controller

Power Factor Controller adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis bila pada saat suatu beban induktif bekerja dan cos phi kurang dari sama dengan 1 maka alat ini akan bekerja dan mengaktifkan kapasitor agar Power Factor mendekati 1. Pada tampilan display Power Factor Controller terdapat gambar kapasitif dan induktif disaat bekerja. Gambar terseburt mempunyai arti , bila tampil gambar induktif maka kapasitor yang aktif sudah cukup untuk memperbaiki Power Factor. Sedangkan bila tampil gambar kapasitif maka kapasitor yang aktif terlalu banyak senhingga bisa dikatakan cos phi lebih dari 1dan secara otomatis kapasitor dinonaktifkan dengan sendirinya.

b. Selector Switch

Selector Switch disini digunakan untuk memilih proses kerja kapasitor secara manual atau secara otomatis. Bila memilih manual maka kapasitor diaktifkan secara manual yakni dengan menekan push button sehingga dibutuhkan seseorang yang siap bila sewaktu-waktu Power Factor tidak mendekati 1. Dan bila memilih otomatis maka Power Factor Controller yang bekerja secara otomatis bila Power Factor kurang dari 1.

c. Relay

Relay adalah switch atau kontak yang bekerja secara elektromagnetik. Dalam panel kapasitor Relay difungsikan sebagai kontak pemilih yakni dengan memanfaatkan kontak NO dan NC. Dimana kontak NO dihubungkan ke line manual dan kontak NC dihubungkan ke line otomatis. Jadi jika selector switch dipilih manual maka Relay akan segera aktif dan kontak NO akan tertutup. Sedangkan bila selector switch memilih auto maka Relay tidak aktif sehingga kontak NC tetap tertutup.

d. Kontaktor

Kontaktor bekerja sama seperti Relay bedanya kontaktor digunakan untuk beban yang besar. Oleh karena itu kontaktor digunakan sebagai switch kapasitor. Karena kapasitor yang digunakan sebesar 400 V( untuk 3 phase ) jadi kapasitor dihubungkan segitiga. Kontak utama kontaktor dihubungkan dengan kapasitor, sehingga pada saat kontaktor bekerja kapasitor pun aktif.

Dari beberapa keterangan komponen yang terdapat pada Bank Capasitor diatas dihubungkan atau diinstall jadi suatu rangkaian yang dapat mengontrol power factor secara otomatis. Berikut adalah gambar alur block digram sederhana panel Bank Capasitor.



AUTO





MANUAL
Line(from outgoing)


4.2. Power Source dari Generator (Emergency)
Generator merupakan suatu alat yang mana mengubah energi mekanik menjadi energi listrik menggunakan prinsip induksi elektromagnet. Generator dibagi menjadi 2 yaitu generator AC dan generator DC

1. Pengertian Generator Arus Searah
Generator DC (Dinamo) menggunakan prinsip elektromagnetisme untuk mengubah putaran mekanik menjadi listrik arus bolak-balik. Berdasarkan prinsip Faraday, alat ini menggunakan magnet permanen yang diputar oleh sebuah crank. Magnet yang berputar diletakkan sedemikian rupa sehingga kutub utara dan selatannya melewati sebongkah besi yang dibungkus dengan kawat, magnet yang berputar memproduksi sebuah pulsa arus di kawat setiap kali sebuah kutub melewati coil. Kutub utara dan selatan magnet menginduksi arus di arah yang berlawanan. Dengan menambah sebuah komutator, maka dapat mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah.
Berikut ini penjelasan mengenai prinsip kerja suatu generator arus searah berdasarkan hukum Faraday :
e = - N df/ dt
dimana :
N : jumlah lilitan
f : fluksi magnet
e : Tegangan imbas, ggl(gaya gerak listrik)
Dengan lain perkataan, apabila suau konduktor memotong garis-garis fluksi magnetik yang berubah-ubah, maka ggl akan dibangkitkan dalam konduktor itu.
Jadi syarat untuk dapat dibangkitkan ggl adalah :
- harus ada konduktor ( hantaran kawat )
- harus ada medan magnetik
- harus ada gerak atau perputaran dari konduktor dalam medan, atau ada fluksi yang berubah yang memotong konduktor itu.
Untuk menentukan arah arus pada setiap saat, berlaku pada kaidah tangan kanan :
- ibu jari : gerak perputaran
- jari telunjuk : medan magnetik kutub u dan s
- jari tengah : besaran galvanis tegangan U dan arus I
Untuk perolehan arus searah dari tegangan bolak balik, meskipun tujuan utamanya adalah pemabngkitan tegangan searah, tamopak bahwa tegangan kecepatan yang dibangkitkan pada kumparan jangkar merupakan tegangan bolak-balik. Bentuk gelombang yng berubah-ubah tersebut karenanya harus disearahkan.
Untuk mendapatkan arus searah dari arus bolak balik dengan menggunakan
- saklar
- komutator
- dioda
SISTEM SAKLAR
Saklar berfungsi untuk menghubungsingkatkan ujung-ujung kumparan. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
Bila kumparan jangkar berputar, maka pada kedua ujung kumparan akan timbul tegangan yang sinusoida. Bila setengan periode tegangan positif saklar di huybungkan, maka tegangan menjadi nol. Dan bila sakalar dibuka lagi akan timbul lagi tegangan. Begitu seterusnya setiap setenganh periode tegangan saklar dihubungkan, maka akan di hailkan tegangan searah gelombang penuh.
SISTEM KOMUTATOR
Komutator berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk menghubung singkatkan kumparan jangkar. Komutator berupa cincin belah yang dipasang pada ujung kumparan jangkar. Bila kumparan jangkar berputar, maka cincin belah ikut berputar. Karena kumparan berada dalam medan magnet, akan timbul tegangna bolak balik sinusoidal.
Bila kumparan telah berputar setengah putaran, sikat akan menutup celah cincin sehingga tegangan menjadi nol. Karena cincin berputar terus, maka celah akan terbuka lagi dan timbul tegangan lagi. Bila perioda tegangan sama dengan perioda perputaran cincin, tegangan yang timbul adalah tegangan arus searah gelombang penuh.




Gambar 4.2.1 Gambar EFEK KOMUTASI

SISTEM DIODA
Dioda adalah komponen pasif yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
- Bila diberi prasikap maju (forward bias) bisa dialiri arus.
- Bila diberi prasikap balik (reverse bias) dioda tidak akan dialiri arus.
Berdasrakan bentuk gelombang yang dihasilkan, dioda dibagi dalam:
- Half wave rectifier (penyearah setengah gelombang)
- Full wave rectifier (penyearah satu gelombang penuh)
2. Karakteristik Generator Arus Searah
Medan magnet pada generator dapat dibangkitkan dengan dua cara yaitu :
- dengan magnet permanen
- dengan magnet remanen
Generator listrik dengan magnet permanen sering juga disebut magneto dynamo. Karena banyak kekurangannya, maka sekarang jarang digunakan.
Sedangkan generator dengan magnet remanen menggunakan medan magnet listrik, mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu :
- Medan magnet yang dibangkitkan dapat diatur
Pada generator arus searah berlaku hubungan-hubungan sebagai berikut :
Ea =
Dimana:
Ea = ggl yang dibangkitkan pada jangkar generator
f = fluks per kutub
z = jumlah penghantar total
n = kecepatan putar
a = jumlah hubungan pararel

Bila , maka :
Ea = cnf Volt

1. Pengertian Generator Arus Bolak-balik
Generator arus bolak-balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak-balik. Generator Arus Bolak-balik sering disebut juga seabagai alternator, generator AC (alternating current), atau generator sinkron. Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator. Mesin ini tidak dapat dijalankan sendiri karena kutub-kutub rotor tidak dapat tiba-tiba mengikuti kecepatan medan putar pada waktu sakelar terhubung dengan jala-jala.
Generator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Generator arus bolak-balik 1 fasa
b. Generator arus bolak-balik 3 fasa

2. Konstruksi Generator Arus Bolak-balik
Konstruksi generator arus bolak-balik ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu : (1) stator, yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan bolakbalik, dan (2) rotor, yakni bagian bergerak yang menghasilkan medan magnit yang menginduksikan ke stator. Stator terdiri dari badan generator yang terbuat dari baja yang berfungsi melindungi bagian dalam generator, kotak terminal dan name plate pada generator. Inti Stator yang terbuat dari bahan ferromagnetik yang berlapis-lapis dan terdapat alur-alur tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator yang merupakan tempat untuk menghasilkan tegangan. Sedangkan, rotor berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder). Konstruksi dari generator sinkron ini dapat dilihat pada gambar berikut







Gambar 4.2.2 Konstruksi Generator Arus Bolak-balik


Stator :
1. Rumah Stator
2. Inti satator
3. Lilitan stator
4. Alur stator
5. Kontak hubung
6. Sikat
Rotor :
1. Kutub magnet
2. Lilitan penguat magnet
3. Cincin seret (slip ring)
4. Poros

3. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak-balik

Prinsip dasar generator arus bolak-balik menggunakan hukum Faraday yang menyatakan jika sebatang penghantar berada pada medan magnet yang berubah-ubah, maka pada penghantar tersebut akan terbentuk gaya gerak listrik. Prinsip kerja generator arus bolak-balik tiga fasa (alternator) pada dasarnya sama dengan generator arus bolak-balik satu fasa, akan tetapi pada generator tiga fasa memiliki tiga lilitan yang sama dan tiga tegangan outputnya berbeda fasa 1200 pada masing-masing fasa seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.










Gambar 4.2.3 Skema Lilitan Stator Generator Tiga Fasa
Besar tegangan generator bergantung pada :
1. Kecepatan putaran (N)
2. Jumlah kawat pada kumparan yang memotong fluk (Z)
3. Banyaknya fluk magnet yang dibangkitkan oleh medan magnet (f)

4. Jumlah Kutub

Jumlah kutub generator arus bolak-balik tergantung dari kecepatan rotor dan frekuensi dari ggl yang dibangkitkan. Hubungan tersebut dapat ditentukan dengan persamaan :



dimana : f = frekuensi tegangan (Hz)
p = jumlah kutub pada rotor
n = kecepatan rotor (rpm)

5. Sistem Penguat (Exciter)

Saat generator dihubungkan dengan beban akan menyebabkan tegangan keluaran generator akan turun, karena medan magnet yang dihasilkan dari arus penguat relatif konstan. Agar tegangan generator konstan, maka harus ada peningkatan arus penguatan sebanding dengan kenaikan beban. Gamabr dibawah menunjukkan sistem arus penguatan pada generator dan karakteristik tegangan keluarannya.








Gambar 4.2.4 Prinsip Kerja Exciter Generator
Keterangan :
Garis lengkung 1 : Karakteristik tegangan keluar tanpa beban yang
diperoleh dari medan magnet minimum.
Garis lengkung 2 : Karakteristik tegangan dengan penambahan arus
penguatan maksimum.
Garis lengkung 3 : Karakteristik yang bervariasi dengan mengatur arus
penguatan sesuai kebutuhan beban.
PT. PLI (Panasonic Lighting Indonesia) sebagai backup supply listrik dari pln mempunyai power emergency yaitu generator AC. Terdapat 2 buah Generator sebagai Power backup yang mana masing-masing berkapasitas generator 1 adalah 656 kVA dan generator 2 adalah 625 kVA, generator yang kedua adalah genarator baru yang mana sebelumnya hanya digunakan 1 buah generator yang 656 kVA. Generator ini tiap bulan dihidupkan agar genset mengalami pemanasan mesin dan dapat bekerja normal. Untuk maintenance pegawai utility melakukannya bisa 1mingguan, 1 bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan, atau bahkan 1 tahunan tergantung berapa lama genset beroperasi. Dibawah ini konfigurasi instalasi panel listrik (Block diagram) dengan backup generator dan NAME PLATE deri ke dua generator tersebut.

PLN TRAFO 3 P

INTERLOCK LVMDB 3 LOAD

ACCU GENSET


GENSET 1 (MITSUBISHI )
Model : MGS O500 Voltage : 380/220 V
Output : 656 KVA Ampere : 997 A
DUTY : Stand-By MFG DATE : 05.1997
Freq : 50 Hz Serial No. : P-665


GENSET 2 ( TOYO DENKI SEIZO )
Output : 625 KVA Rating : Cont.
No. Of phase : 3 Brushless Exciter exc.volt : 48 V
No. Of poles : 8 Standart : JEC-114
Voltage : 380/220 V EXC Volt : 106
Current : 950 A FLD.Curr : 131.0 A
Freq : 50 Hz Output : 23 KW
Speed : 750 rpm FLD.Curr : 15.7 A
Pf : 0.8




























Generator
656 kVA


Gambar 4.2.5 Diagram Power Distribution dengan Backup Generator

BAB V
PROYEK KERJA PRAKTEK

5.1 Penggantian Elektronik Ballast pada lampu TL
5.1.1 Prinsip Kerja Lampu Fluorecent (lampu TL)
Elemen dasar dari lampu fluorescent adalah tabung gelas yang tertutup rapat. Tabung tersebut berisi sejumlah kecil mercury dan sebuah inert gas (gas yang sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa lain, biasanya gas argon), dijaga pada tekanan yang rendah. Tabung tersebut juga berisi bubuk phospor, yang melapisi sisi bagian dalam dari tabung gelas dan mempunyai dua elektroda pada ujung - ujungnya yang disambungkan pada rangkaian listrik AC.










Gambar 5.1.11 Bagian dalam Lampu Fluorescent

Saat lampu dinyalakan, arus mengalir melalui rangkaian listrik ke elektroda. Terdapat beda potensial yang sangat tinggi melintasi kedua elektroda tersebut sehingga elektron akan berpindah melalui gas dari satu ujung ke ujung yang lain. Energi ini mengubah wujud mercury didalam tabung dari cair menjadi gas. Elektron dan atom bermuatan bergerak didalam tabung, beberapa akan bertumbukan dengan atom gas mercury. Tumbukan ini mengeksitasi atom, menggeser elektron ke energi level yang lebih tinggi. Saat elektron kembali ke energi level semula, elektron melepaskan photon cahaya, panjang gelombang photon ditentukan oleh susunan elektron partikular didalam atom. Elektron dalam atom mercury disusun sedemikian rupa sehingga sebagian besar elektron tersebut melepaskan cahaya photon dalam range panjang gelombang ultraviolet. Mata kita tidak dapat melihat photon ultraviolet, sehingga cahaya ini perlu diubah kedalam cahaya tampak untuk menerangi.
Proses Didalam Gas
Atom mercury dalam tabung lampu fluorescent tereksitasi oleh aliran elektron pada arus listrik. Arus listrik ini adalah semacam aliran listrik seperti pada kabel biasa, tetapi dilewatkan pada gas. Perubahan gas dari isolator menjadi konduktor (penghantar) melalui beberapa cara.
Pada penghantar padat, muatan listrik dibawa oleh elektron bebas yang melompat dari satu atom ke atom yang lain, dari area bermuatan negatif ke positif. Seperti kita lihat, elektron selalu bermuatan negatif, berarti mereka selalu tertarik ke muatan positif. Pada gas, muatan listrik dibawa oleh elektron bebas yang bergerak secara bebas terhadap atom. Arus juga dihasilkan oleh ion, yaitu atom yang bermuatan listrik karena kehilangan atau kelebihan elektron. Seperti elektron, ion juga tertarik ke area yang berlainan muatan.
Unuk melewatkan arus melalui gas dalam tabung lampu fluorescent, diperlukan 2 hal yaitu:
1. Elektron bebas dan ion
2. Perbedaan muatan diantara dua elektroda dalam tabung (tegangan/voltage)
Pada umumnya hanya ada sedikit ion dan elektron bebas pada gas, sebab semua atom gas umumnya bermuatan netral. Sehingga hampir semua jenis gas sangat sulit menghantarkan arus listrik. Pada saat kita menyalakan lampu fluorescent, hal yang pertama diperlukan adalah memasukkan beberapa elektron bebas baru yang berasal dari kedua elektroda.



Penyalaan
Desain klasik lampu fluorescent menggunakan mekanisme starter khusus untuk menyalakan tabung. Seperti pada gambar.








Gambar 5.1.12 Penyalaan Lampu TL
Saat lampu dinyalakan pertama, ada sebagian kecil arus melewati rangkaian bypass dan starter. Arus dilepaskan melalui elektroda pada sisi tabung. Elektroda terdiri dari filament (seperti pada filament lampu bohlam) dan emitter yang menempel pada filament. Saat arus melewati rangkaian bypass, filament menjadi panas dan berakibat elektron pada emitter terlepas, menuju kumpulan gas serta mengionisasi gas
Cara kerja starter
Pada saat yang sama, arus listrik dihentikan dengan tepat oleh starter. Starter adalah saklar berbentuk bohlam kecil bertekanan rendah, berisi gas neon. Bohlam tersebut memiliki 2 elektroda yang diposisikan dengan tepat satu dengan yang lainnya. Saat listrik mula dilewatkan rangkaian bypass, sebuah bunga api listrik (biasanya aliran partikel bermuatan) melompat diantara elektroda untuk membuat hubungan. Bunga api kecil pada starter ini sejenis dengan bunga api besar pada tabung fluorescent.





Gambar 5.1.13 Cara kerja starter
Salah satu dari kedua elektrode adalah keping bimetal yang akan menekuk bila dikenai panas. Sejumlah kecil panas dari cahaya bunga api menekuk keping bimetal sehinga terjadi kontak dengan elektroda yang lain. Dengan kedua elektrode saling kontak, arus tidak perlu melompat lagi seperti saat terjadi bunga api. Akibatnya tidak ada partikel bermuatan yang mengalir dalam gas dan cahaya menjadi padam. Tanpa panas dari cahaya, keping bimetal menjadi dingin, elektroda kembali ke posisi semula sehingga rangkaian menjadi terbuka.
Saat peristiwa diatas terjadi, gas didalam tabung fluorescent sudah terionisasi, menciptakan hubungan listrik medium (sedang). Tabung hanya memerlukan sentakan tegangan diantara kedua elektroda untuk membentuk bunga api listrik. Sentakan ini diberikan oleh ballast, semacam transformer khusus yang dihubungkan dengan rangkaian
Cara Kerja Ballast
Saat arus mengalir melalui rangkaian bypass, arus ini menimbulkan medan magnet didalam ballast. Medan magnet ini ditentukan oleh arus yang mengalir. Saat starter terbuka, arus secara tiba-2 hilang dari ballast. Medan magnet goyah dan menghasilkan sentakan arus secara tiba-2 sesaat. Ballast melepaskan energi yang tersimpan.
Sentakan arus ini menghasilkan sentakan tegangan yang diperlukan untuk membentuk bunga api listrik melewati gas sehingga arus listrik mengalir didalam tabung. Elektron bebas menumbuk atom sehingga elektronnya terlepas dan terbentuklah ion. Hasilnya disebut Plasma, yaitu suatu gas yang sebagian besar tersusun atas ion-2 dan elektron bebas yang semua-nya bergerak dengan bebas. Ini menghasilkan jalur arus listrik.
Tumbukan antara filament dengan elektron bebas menjaga kedua filament tetap hangat, sehingga kontinuitas filament untuk mengemisikan elektron bebas baru kedalam Plasma. Selama masih ada arus AC yang disupply dan filament tidak rusak, arus listrik tetap kontinyu mengalir dalam tabung.
Masalah yang timbul pada lampu fluorescent adalah diperlukan waktu beberapa detik untuk menyalakannya. Akhir-akhir ini sebagian besar lampu fluorescent didesain agar dapat menyala secara langsung dengan menggunakan ballast elektronik. Untuk itu dari pihak Departement Utility merancang sebuah program cost booster yaitu penghematan dalam penggunaan listrik sesuai dengan program PLN masalah konservasi energi khususnya pada lampu penerangan dengan sumber energi listrik. Oleh karena PT. PLI menggantikan sebagaian besar ballast yang lama (trafo) pada lampu TL dengan ballast elektronik. Perbedaan yang mencolok terdapat besarnya power factor (cos φ) antara ballast berupa trafo yaitu sekitar 0,6 sedangkan ballast elektronik sebesar 0.9 hal tersebut sudah bisa menghemat sumber energi listrik perusahaan sekitar 5 - 9 % meskipun hasilnya tidak besar tapi prosentase tersebut sudah bisa dimaksimalkan untuk kebutuhan listrik dari perusahaan yang lainnya.
5.1.2 Ballast Elektronik
Ballast Elektronik mempunyai keunikan khusus, yaitu sistem bekerjanya tidak lagi menggunakan gulungan (kumparan) kawat pada suatu inti besi, tetapi telah diganti dengan sistem rangkaian elektronik sehingga besarnya rugi-rugi pada inti besi, pada kumparan menjadi tidak adalagi, dan hanya sedikit rugi saja karena rangkaian/sirkit. Inilah yang paling menguntungkan dalam penghematan energi listrik yang diserapnya. Keuntungan lain yang didapat adalah dapat diatur konsumsi arus listriknya dengan tetap mempertahankann besar tegangan yang diinginkan, sehingga ballas elektronik dapat digunakan untuk sistem pengaturan energi listrik sesuai yang dibutuhkan pada suatu ruangan. Dengan sistem sirkit elektronik maka ballas menjadi lebih ringan dan lebih kecil dibandingkan dengan ballas konvensional (sistem gulungan kawat). Karena minim sekali dalam penggunaan induktor maka Ballast Elektronik ini mampu memperbaiki factor daya (pf). Jadi Ballast Elektronik ini bisa dikatakan salah satu upaya untuk menghemat energi listrik pada suatu perusahaan.





Gambar 5.1.21 Skema Ballast Elektronik



Gambar 5.1.22 Skema Prinsip Kerja Ballast Elektronik






Gambar 5.1.23 Prinsip Kerja Ballast Elektronik (Cycle 1)



Gambar 5.1.24 Prinsip Kerja Ballast Elektronik (Cycle 2)







5.2 Pneumatik
A. Sifat fluida udara :
1.Dapat berubah bentuk sesuai dengan tempatnya.
2.Dapat ditekan
3.Volume mengembang besar bila temperatur naik.
4.Bisa bercampur dengan fluida yang lain ( olie )
B. Pemakaian :
Untuk silinder udara
Hukum Pascal : Udara diteruskan kesegala arah dengan tekanan yang sama besarnya.Hukum Pascal ini dipakai untuk melaksanakan cara kerja dari silinder udara.
C. SILINDER UDARA (cylinder air )
DEFINISI :
Alat gerak yang merubah tekanan udara menjadi gerakan mekanik lurus , baik tunggal atau ganda
PENGGUNAAN :
• Alat angkat / alat press.
• Pemegang / pemindah barang dari satu tempat ketempat lain..
• Pengunci / pengaman mesin bila listrik mati .




Gambar 5.14 silinder udara , kerja tunggal.




Gambar 5.15 silinder udara , kerja ganda.

Sifat - sifat silinder.
• Silinder jenis ganda paling banyak digunakan untuk mekanis gerak di mesin produksi.
• Langkah gerak didapat dari panjangnya silinder dan as.
• Kerjanya lembut karena punya rem piston.
• Kekuatan tekan / tarik dapat diatur , besarnya tekanan dihitung dari diamater silinder dikalikan dengan tekanan udara penggerak

D. Pengatur Udara ( Air Flow / Speed Control)
Fungsi : alat untuk mengatur besar kecilnya udara yang melewati pipa pemasok udara dari instalasi silinder udara.
Ukuran : ukuran ditentukan oleh besarnya diameter pipa yang doatur alirannya ,misalnya : ¼ inch,3/8 inch dll
Penggunaan : Dipakai untuk pengaturan besar dan kecilnya aliran udara pada sistem instalasi pipa untuk silinder udara.





E. SPEED CONTROL


Gambar 5.16 kerja kran otomatis aliran 4 jalur .

Gambar 5.17 kran otomatis aliran 4 jalur

Gambar 5.18 regulator ( alat pengatur tekanan udara )
Fungsi : alat untuk mengatur tekanan udara dengan cara mengatur kekuatan pegas yang terdapat didalam regulator.
Ukuran : ¼ inch,1/2 inch dst
Penggunaan : Pengaturan tekanan udara yang akan digunakanan oleh silinder udara.

Gambar 5.19 Pengatur Tekanan Udara Pada cyllinder Air
F. MANOMETER TEKANAN UDARA

Fungsi : alat untuk menunjukkan tekanan udara.
Penggunaan :
Dipakai pada sistem instalasi pipa untuk silinder udara.
Jenis :
1. Manometer analog
2. Manometer digital







Gambar 5.20 Manometer Tekanan Udara
BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan kerja praktek di PT. PLI, ada beberapa hal yang dapat kami simpulkan, yaitu :
1. Perencanaan atau menejemen dalam sebuah perusahaan sangat penting sebagai contoh pada departemen Utility yaitu mengenai Intalsi Listrik pada perusahaan serta plan mengenai sumber air, gas, udara, serta listrik untuk supply bagian produksi harus diperhitungkan dengan cermat agar berjalan dengan baik.
2. Sistem otomasi sangat membantu membantu di industri dalam proses monitoring seperti pada departemnt Utility penggunaan PLC pada monitoring metering dari panel listriknya.
3. Banyak mata kuliah (seperti Instalasi Listrik, Teknik kontrol industri, Mesin listrik, Rangkain listrik) yang kami pelajari di kuliah, merupakan dasar dari ilmu yang digunakan di industri, seperti pengontrolan kecepatan motor ac.
4. Mahasiswa menyadari pentingnya etos kerja yang baik, disiplin, dan tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
5. Kerja praktek dapat melatih mahasiswa untuk bekerja sama dalam suatu tim, baik antar peserta kerja praktek maupun dengan karyawan lain di PT. PLI.
6. PT. PLI merupakan perusahaan pemroduksi lampu hemat energi yang tetap memperhatikan lingkungan .







6.2 SARAN
Melalui laporan praktek kerja lapangan ini, penyusun mencoba untuk memberikan saran kepada pihak PT. Panasonic Lighting Indonesia (PLI) :
1. Perlu ditumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri (self-learning) di kalangan mahasiswa, khususnya dalam mempelajari teknologi secara aplikatif. Salah satu fasilitas yang tersedia yang mendukung proses pembelajaran secara mandiri ini.
2. Perlu adanya kemampuan mahasiswa untuk menggabungkan seluruh ilmu yang pernah didapat di perkuliahan dalam proses pembangunan perangkat lunak.
3. Perlu adanya bimbingan secara lebih intensif bagi mahasiswa kerja praktek.
4. Jika memungkinkan, dalam pelaksanaan kerja praktek mahasiswa dapat dilibatkan dalam suatu proyek di mana mahasiswa dapat bekerja sama dengan pegawai lain.

Minggu, 09 Agustus 2009